Jonatan Christie menempati unggulan ketiga sedangkan Anders Antonsen menjadi unggulan keempat di Olimpiade Paris 2024. Namun drawing mereka berdua jauh berbeda.
Dalam aturan BWF, unggulan tiga dan empat punya kedudukan yang sejajar. Bila posisi unggulan pertama dipastikan di blok atas sedangkan unggulan kedua ada di blok bawah, maka unggulan 3-4 dalam posisi diundi.
Mereka bisa ditempatkan di blok atas atau blok bawah tergantung hasil undian. Masalahnya, Badminton World Federation (BWF) tidak memperlakukan slot undian untuk 3-4 dengan adil dan setara.
Dalam jalur di fase knock out, hanya tiga slot yang mendapatkan kepastian lolos langsung ke perempat final. Sedangkan juara grup lainnya, harus lebih dulu tampil di babak 16 besar.
Dengan hanya tiga slot lolos langsung ke perempat final, dua slot menjadi milik jalur grup A dan P. Otomatis bila Shi Yuqi dan Viktor Axelsen jadi juara grup, atau pebulutangkis lain di grup itu, mereka akan langsung lolos ke babak perempat final.
Sedangkan satu slot lainnya jadi milik juara grup E. Posisi lain yang juga jadi slot unggulan 3-4 yaitu grup L, tidak memiliki keistimewaan tersebut.
Dengan kondisi hanya tiga slot yang langsung lolos ke perempat final, hal tersebut tidak langsung diberikan pada Jonatan yang punya posisi unggulan lebih tinggi dibandingkan Antonsen. BWF tetap menerapkan posisi unggulan 3-4 setara dan penentuan slot dilakukan lewat undian.
Hal yang membuat kondisi lebih parah adalah grup L, tempat slot unggulan 3-4 lainnya bakal ditempatkan, diisi oleh empat pebulutangkis. Alhasil grup tersebut memainkan laga lebih banyak.
Ketika undian dilakukan, Jonatan yang akhirnya ditempatkan di grup L. Sementara itu Antonsen ada di grup E.
Situasi makin menantang bagi Jonatan bila merujuk lawan-lawan yang didapat Jonatan di grup tersebut. Jonatan akan menghadapi Lakhsya Sen, Kevin Cordon, dan Julien Carraggi. Lakshya Sen jelas bakal jadi lawan tangguh Jonatan untuk memperebutkan posisi juara grup.
Sedangkan Antonsen berada satu grup dengan Ade Resky Dwicahyo dan Collins Valentine Filimon. Dua nama tersebut di atas kertas bakal bisa diatasi oleh Antonsen.
Perbandingan antara Jonatan dengan Antonsen makin terlihat bila berbicara langkah berikutnya usai fase grup. Antonsen hanya perlu bermain dua kali untuk menginjakkan kaki ke perempat final. Sedangkan Jonatan harus bermain empat kali untuk bisa sampai di babak delapan besar.
Jonatan, bersama Anthony Ginting jadi andalan Indonesia untuk memburu medali di Olimpiade Paris 2024. Indonesia terakhir kali meraih emas Olimpiade di nomor tunggal putra lewat Taufik Hidayat di Olimpiade Athena 2004.
Pada edisi sebelumnya di Olimpiade Tokyo 2020, Ginting mampu merebut medali perunggu. Hal itu terjadi setelah ia mengalahkan Kevin Cordon dalam laga perebutan perunggu.
(ptr/har)Drawing Jonatan dan Antonsen: Neraka dan Surga di Olimpiade 2024 - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment